Senin, 27 September 2010

laundry

AMBARAN UMUM USAHA

LAUNDRY KILOAN

LATAR BELAKANG PEMILIHAN USAHA LAUNDRY KILOAN

1. Memanfaatkan gaya hidup malas mencuci.

2. Perubahan gaya hidup dan tuntutan kesibukan, banyak mahasiswa, karyawan, dan ibu rumah tangga, yang tidak memiliki waktu untuk mencuci pakaian mereka, dan menyerahkannya pada usaha laundry kiloan.

3. Kondisi cuaca saat ini yang mengakibatkan pakaian sering lebih mudah menjadi kotor, bahkan dimusim penghujan, dengan mencuci manual pasti akan sulit menjadi kering, oleh karenanya banyak yang menyerahkan pakaian kotor mereka ke laundry-laundry.

4. Trend mencuci di laundry sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

KUNCI SUKSES USAHA LAUNDRY KILOAN

1. Tempat yang dan nyaman.

2. Pelayanan yang cepat, cermat, dan memuaskan (mengutamakan kualitas).

3. Pemilik pakaian biasanya menginginkan pakaiannya bersih, rapi, dan harum.

4. Harga terjangkau

5. Menggunakan bahan-bahan yang tidak menimbulkan kerusakan warna atau bahan pakaian.

6. Tersedia area basah dan area kering, sehingga tidak mengganggu proses pencucian, proses pengeringan, dan proses setrika.

7. Tersedia setrika uap yang dapat digunakan untuk menyetrika pakaian dari bahan khusus.

LAYANAN TAMBAHAN YANG PERLU DISEDIAKAN DALAM USAHA LAUNDRY KILOAN

√ Layanan antar jemput

√ Fasilitas kupon bonus untuk konsumen yang sering menggunakan layanan,

USAHA LAUNDRY KILOAN

Yang menjadikan laundry kiloan ini special ialah harga jual jasa yang terjangkau, kualitas baik, proses pencucian dipisah-pisah masing-masing konsumen (tidak dicampur), layanan antar jemput, konsumen dapat memilih pewangi yang digunakan sesuai selera, lokasi usaha yang mudah dijangkau konsumen, memiliki penampilan yang berbeda, memberikan kemudahan transaksi bagi konsumen, serta memberikan layanan one day service (satu hari selesai)

Peralatan-peralatan standar usaha laundry kiloan yang perlu disediakan adalah sebagai berikut :

1. Mesin Cuci

2. Mesin pengering

3. Setrika

4. Timbangan digital

5. Seragam karyawan

6. Media promosi (banner, spanduk, brosur)

LOKASI & RUANG

1. Letak Lokasi

Berada didekat tempat pemukiman pendudk, seperti didepan komplek perumahan, didaerah asrama atau kost mahasiswa, atau berada dipinggir jalan utama.

2. Standar Kebutuhan Ruang

Luas ruang minimum : (lebar) 4 m x (panjang) 5 m

Note: Ukuran panjang dan lebar dapat sebaliknya.

3. Asumsi kebutuhan ruang:

- Ruang penerimaan pelanggan sekaligus ruang tunggu

- Ruang pencucian

- Ruang pengeringan

- Ruang setrika atau pengemasan

- Ruang administrasi

LINGKUP KERJA

Lingkup kerja meliputi :

1. Survey :

- Pemetaan pasar

- Persaingan

- Potensi

2. Sistem :

- Pembukuan sederhana

- Siklus kerja

- SOP (Prosedur Standar Operasi)

3. Pelatihan :

- Pelatihan karyawan / Buku panduan pelatihan

- Pengendalian sistem

- Pemasaran

- Pengamanan & pengendalian usaha

PEDOMAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK LAUNDRY KILOAN

LANGKAH DASAR

- Penyusunan tim kerja

- Pimpinan proyek

- Disain interior

- Disain graphis

- Sistem dan keuangan

- Lapangan / pembelanjaan

- SDM

- Pemasaran

- Penyusunan time schedule masing-masing bagian

a. Time schedule perencanaan I

- Gambar layout termasuk pengukuran

- Gambar disain interior

- Daftar barang belanjaan yang harus dibeli

Note:

Gambar harus mendapat persetujuan pimpinan

b. Time schedule perencanaan II

- Penentuan nama & tagline usaha

- Gambar disain neonbox / billboard

- Gambar disain stand banner

- Gambar disain spanduk atau alat promosi lain

- Rancangan seragam dan perlengkapannya

- Gambar lain yang diperlukan

Note:

Gambar harus mendapat persetujuan pimpinan

c. Time schedule tempat dan perlengkapan

- Batas waktu renovasi tempat

- Batas waktu pengadaan peralatan dan perlengkapan

d. Time schedule pelaksanaan

- Eksekusi layout dan disain interior yang telah disetujui

- Eksekusi disain graphis yang telah disetujui

- Pembelian dan penyerahan barang

- Rekruitmen pegawai

- Tes lapangan peralatan dan kesiapan kerja

- Pelatihan karyawan

- SOP keseluruhan

- Pra promosi

- Soft opening

- Promosi

- Grand opening

- Pengawasan dan pendampingan

- Penyusunan Anggaran (Budgeting)

Anggaran yang ditetapkan meliputi :

- Anggaran pemesanan disain

- Anggaran transportasi dan akomodasi

- Anggaran pembelian barang

Note:

Harus dibuat jadwal pengeluaran dananya sesuai tanggal yang direncanakan

RINCIAN TUGAS

1. BAGIAN DISAIN INTERIOR

a. Gambar layout

- Menentukan alur masuk kendaraan, mulai dari masuk hingga keluar

- Menentukan posisi ruangan tunggu

- Menentukan posisi pelaksanaan pencucian

- Menentukan posisi finising

- Menentukan posisi kasir

- Menetukan posisi kasir

- Menentukan posisi perlengkapan pendukung (TV, Radio tape, dll)

- Menentukan posisi tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan

- Menentukan instalasi sesuai standar efisiensi dan kerapiha yang meliputi :

a. Sumber air

b. Penempatan mesin cuci

c. Penempatan mesin pengering

d. Penempatan setrika

e. Rak-rak tempat pakaian yang sudah bersih

f. Kran-kran air

g. Kelistrikan

h. Alur pembuangan limbah hasil pencucian

Note :

Dalam menentukan layout harus dipikirkan benar terhadap efisiensi proses kerja, proses gerak, maksimalisasi ruangan, kemudahan proses, serta dampak terhadap lingkungan.

b. Gambar disain interior

- Menentukan ukuran-ukuran secara pasti peralatan dan perlengkapan yang akan dibuat serta model yang akan diciptakan (meja kasir, ruang tunggu, dan lain-lain)

- Menentukan warna cat ruangan dalam dan luar

- Menentukan ornament-ornamen ruangan yang mendukung

2. BAGIAN DISAIN GRAPHIS

a. Gambar disain graphis

- Menentukan nama usaha serta taglinenya dengan persetujuan pimpinan

- Menentukan disain logo usaha

- Menentukan disain standbanner dan alat promosi internal pendukung

- Menentukan disain billboard / neonsign

- Menentukan disain seragam dan perlengkapannya

3. BAGIAN SISTEM DAN KEUANGAN

- Menentukan prosedur penerimaan klien

- Menentukan prosedur pelaksanaan kerja

- Menentukan prosedur penerimaan pembayaran

- Menentukan prosedur komplain klien

- Menentukan prosedur penetapan dan penghitungan bahan baku

- Menentukan prosedur pembelian kembali bahan baku

- Menentukan prosedur perawatan dan penyimpanan peralatan

- Menentukan prosedur jadwal dan siklus kerja karyawan

- Menentukan prosedur keuangan dan pengamanannya

4. BAGIAN PEMBELIAN DAN LAPANGAN

- Menentukan barang-barang yang akan dibeli

- Menentukan anggaran pembelian barang

- Melakukan pembelian barang-barang

- Melakukan pemesanan & pembelian barang permintaan disainer interior

- Melakukan pemesanan & pembelian barang permintaan disainer graphis

- Melakukan pengawasan instalasi tempat sesuai disain, baik interior ataupun graphis.

5. BAGIAN SDM

- Melakukan rekruitmen pegawai yang diperlukan

- Melakukan seleksi pegawai

- Melakukan pelatihan pemahaman usaha

- Melakukan pelatihan teknis pekerjaan secara keseluruhan

- Melakukan pelatihan mental & customer satisfaction

- Melakukan kontrol terhadap perkembangan SDM

6. BAGIAN PEMASARAN

- Menentukan strategi pemasaran pra operasi

- Menentukan strategi pemasaran operasi

- Menentukan strategi pemasaran pasca

7. PIMPINAN PROYEK

- Mengawasi secara keseluruhan proses pelaksanaan pekerjaan

- Mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada perusahaan

- Mempertanggungjawabkan kinerja keuangan proyek kepada perusahaan

- Mengeksekusi komplain tim proyek

DAFTAR BARANG YANG DIPERLUKAN

Daftar barang yang diperlukan perlu ditentukan sesuai kebutuhan, yang ditetapkan oleh pimpinan proyek.

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) LAUNDRY KILOAN

KETENTUAN KARYAWAN

1. Bagian penerimaan pelanggan merangkap kasir

2. Bagian pencucian

3. Bagian setrika merangkap bagian pengemasan

4. Supervisor (jika diperlukan dalam kasus ini untuk pembukaan laundry kiloan lebih dari satu dalam satu daerah domisili)

SISTEM KERJA

Dilakukan shift kerja dan rolling tugas agar lebih terkendali dan terkontrol

PROSEDUR PENANGANAN PELANGGAN

TAHAP I

Penerimaan Pelanggan

Dilakukan oleh bagian penerimaan pelanggan merangkap administrasi / kasir

1. Cucian kotor diterima oleh bagian penerima pelanggan.

2. Penerima pelanggan wajib menanyakan mengenai pakaian yang akan dicuci, apakah ada yang mudah luntur warnanya, atau ada yang harus dicuci khusus untuk menghindari kesalahan pencucian.

3. Sambil menunggu cucian kotor ditimbang dan pembuatan nota, konsumen diminta menunggu ditempat yang telah disediakan.

4. Cucian tersebut kemudian ditimbang dan dihitung jumlah unit pakaian.

5. Setelah ditimbang, penerima pelanggan kemudian membuatkan nota pembayaran, nota tersebut berisi nama dan alamat pelanggan, berapa jumlah kilogram dan berapa jumlah unit pakaian yang akan di-laundry, dan berapa total pembayarannya, serta keterangan lain (jika diperlukan)

6. Jika terdapat layanan pemilihan pewangi pakaian, pelanggan dipersilakan untuk memilih pewangi sesuai yang diinginkan pelanggan. Dan ditulis dalam nota pembayaran tersebut.

7. Nota pembayaran rangkap ke-1 tersebut kemudian diberikan kepada konsumen.

8. Jika konsumen membayar lunas dimuka, maka nota tersebut dicap “LUNAS” oleh bagian penerimaan pelanggan.

9. Jika konsumen belum membayar, maka pembayaran dapat dilakukan pada saat pengambilan cucian.

TAHAP II

Pencucian

Dilakukan oleh bagian pencucian

1. Cucian ditempatkan dalam box khusus sesuai dengan nama konsumen

2. Untuk memudahkan identifikasi, setiap pakaian diberi nomor urut. Dan nomor urut tersebut ditulis pada nota rangkap ke-2.

3. Cucian yang mudah luntur dicuci tersendiri.

4. Proses cuci dilakukan dengan menggunakan mesin cuci yang tersedia dengan standar penggunaan bahan cuci yang tidak berbahaya, tidak menimbulkan kerusakan pada pakaian maupun warna pakaian.

5. Pengeringan cucian juga dilakukan menggunakan mesin cuci tersebut.

6. Jika proses cuci tersebut telah selesai, maka cucian bersih kemudian diambil dari mesin cuci dan dimasukkan kedalam box sesuai nama konsumen untuk selanjutnya disetrika.

TAHAP III

Setrika Cucian Bersih

Dilakukan oleh bagian setrika

1. Box berisi cucian bersih tersebut kemudian dimasukkan ke ruang setrika untuk disetrika.

2. Penyetrika harus menyetrika satu box sampai selesai sebelum beralih kepada box lainnya untuk menghindari tertukarnya pakaian antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lain.

3. Cara menyetrika yang baik adalah dengan memperhatikan bahan kain yang akan disetrika, misalnya untuk bahan kain yang tipis atau sutra, cara menyetrika tidak boleh terlalu panas. Sedang untuk pakaian berbahan jins, setrika dengan panas secukupnya. Oleh karenanya pengetahuan tentang berbagai jenis pakaian atau kain mutlak untuk dimiliki.

TAHAP IV

Bagian setrika merangkap bagian pengemasan

1. Cucian yang sudah disetrika kemudian dikemas dengan menggunakan plastic kemasan tersendiri. Tujuannya adalah agar cucian tetap rapid an wangi sampai dengan diambil oleh konsumen.

2. Sebelum dikemas, bagian pengemasan harus memastikan bahwa pakaian yang dikemas telah sesuai baik dari segi nomor urut maupun jumlah pakaian, dicocokkan dengan nota rangkap ke-2.

3. Pengemasan tidak boleh dipaksakan, artinya pengemasan harus memperhatikan kerapihan pakaian yang telah disetrika. Jika satu kemasan tidak cukup, gunakan dua kemasan atau lebih. Misalnya : baju-baju kerja dikemas tersendiri, celana jins juga dikemas tersendiri.

4. Kemasan tersebut diselotip supaya rapi.

5. Setelah dikemas tersebut, cucian bersih kemudian dimasukkan dalam tas plastic berlogo khusus yang bagian luarnya telah ditempeli nota rangkap ke-2.

6. Setelah selesai, cucian bersih yang telah selesai dikemas tersebut kemudian ditempatkan pada ruang penyimpanan untuk memudahkan pengambilan.

TAHAP V

Serah Terima dan Pembayaran

Dilakukan oleh bagian administrasi / kasir

1. Konsumen yang akan mengambil cucian, diminta menunjukkan nota rangkap ke-1

2. Setelah itu petugas mengambil cucian pada tempat penyimpanan sesuai dengan nota yang ditunjukkan konsumen.

3. Jika konsumen belum membayar (nota belum di cao lunas), maka petugas wajib mengingatkan konsumen untuk melakukan pembayaran.

4. Setelah pembayaran selesai, nota tersebut di cap “LUNAS”

5. Kemudian cucian yang sudah selesai diproses tersebut kemudian diserahterimakan kepada konsumen.

6. Konsumen dipersilakan untuk mengecek pakaiannya, apakah telah sesuai.

7. Jika telah selesai, nota rangkap ke-1 (yang telah dicap “TELAH DIAMBIL” diserahkan kepada konsumen, sedangkan nota rangkap ke-2 diarsipkan sebagai bukti transaksi.

PROSEDUR KOMPLAIN PELANGGAN

Komplain diterima oleh administrasi / kasir / supervisor (jika ada)

Ditanggungjawabi oleh semua bagian yang terkait

1. Komplain kurang bersih langsung direspon dan dikerjakan pada bagian yang dikomplain dengan sungguh-sungguh, tanpa alas an apapun dan langsung dikerjakan.

2. Komplain pakaian yang dicuci rusak atau luntur, harus dipastikan hal tersebut akibat proses pencucian atau akibat pengerjaan. Jika benar, harus ditanggungjawabi supaya konsumen tidak kecewa.

3. Komplain pakaian hilang, harus dipastikan bahwa kehilangan tersebut akibat proses pengerjaan yang tertukar dengan konsumen lain. Jika benar, harus ditanggungjawabi supaya konsumen tidak kecewa disertai permintaan maaf bahwa hal tersebut bukan disengaja, dan memungkinkan untuk diberi voucer gratis untuk pencucian slanjutnya. Untuk meminimalisir komplain pakaian hilang, pada waktu serah terima pakaian yang telah bersih kepada konsumen, bagian kasir harus meminta konsumen untuk memeriksa terlebih dahulu sebelum meninggalkan tempat.

PROSEDUR BAHAN BAKU

Penetapan & Penghitungan

1. Bahan baku harus dihitung untuk beban per kilogram cucian agar dapat ditentuakan penggunaan bahan baku dan perkiraan biayanya.

2. Bahan baku yang dibeli harus dikemas perplastik takaran untuk per kilogram cucian, sehingga memudahkan ukuran bahan baku dalam melakukan proses pengerjaan pencucian.

3. Harga beli bahan baku dibagi jumlah plastic takaran yang dihasilkan untuk mendapatkan biaya bahan baku per kilogram cucian.

4. Bahan baku hilang atau berkurang tanpa sebab yang jelas menjadi tanggungan para karyawan.

Pembelanjaan Bahan Baku

1. Stok bahan baku harus dicatat dalam kartu stok agar pengeluaran bahan baku terkontrol.

2. Wajib melakukan pemesanan atau pembelian bahan baku jika stok bahan baku sudah pada kondisi sisa maksimum 30%, minimum 20%.
knapa msti pusing mikirin cara , bahan, alat, takaran untuk dry clean? ikutin cara saya. saya punya lonry. kalo nyuci dry clean gini caranya. Gantung pakaian yg akan di dryclean. lalu semprot smua permukaanya dengan solvent berjenis perc. kemudian tutup pakaian tersebut dgn plastik. smpai menutupi smua permukaan. trus taruh rice cooker berisi air di bawahnya. jangan ditutup. supaya uapnya kluar dengan bebasnya. sehingga uap tersebut mengisi ruangan yang didalam plastik tadi. jadi pakaian yang sdh di beri perc tadi terpenuhi dengan uap. biarkan sampai basah. stelah itu keringkan atau di angin2kan sampai kering. saya sudah 3 tahun memakai tehnik ini. belum pernah ada yang komplain dari pelanggan. mungkin memang karena hasilnya bagus kali? begitulah. kalo ada yg ingin ditanyakan ke sini aja diansuhendi@ymail.com

Dry Cleaning dengan menggunakn kimia solvent sangat2 tidak di anjurkan, merusak kulit, dan tidak baik bagi lingkungan. Namun ada bebrapa cara alternatif untuk metoda pencucian bahan2 khusus, seperti woll. Pencucian dengan air dengan suhu rendah, cukup efektif, jangna dicampur deterjen, tidak perlu dikucek, cukup dicelup & angkat 2 - 3 kali, jangan diperas lebih baik di kibas2 sedikit2, kemudian dikeringkan dengan kipas angin dengan kecepatan tertinggi juga boleh, yg penting jangan dibawah terik matahari.
Bagaimana jika mengkerut? Jika takut jas kesayangan anda mengkerut, rendam jas anda pada air yg telah dicampur denngan conditioner rambut, diamkan 5 menit, kemudian kibas2 & rentangkan di atas handuk yang sudah dibasahi air hangat, tekan dengan ke2 telapak tangan & tarik(jangan diremas) perlahan2 jas anda di atas handuk tersebut dengan arah berlawanan. Jas anda akan kembali seperti semula. & keringkan....
Semprot dengan pewangi kesukaan anda. Done!... :)

Perchloroethene (PCE) )
spotter dry clean

Selain mesin dan bahan kimia laundry, ada beberapa peralatan lainnya yg harus dipersiapkan untuk membantu proses administrasi, proses cuci, dan proses finishing di usaha laundry kiloan.
Apa saja peralatan-peralatan tersebut?
A. Divisi Counter/Penerimaan Order:
Di counter atau tempat menerima order laundry, peralatan yg harus dipersiapkan adalah:

1. Lemari Penyimpanan
2. Meja
3. Timbangan Duduk (10kg atau 25kg)
4. Alat Tulis
5. Nota Bon
6. Buku Administrasi
7. Tag Gun (tagging) + label tagging
8. Plasik kresek (asoy) jumbo.

B. Divisi Pencucian
Di tempat penyucian/ruang cuci, peralatan yg harus dipersiapkan adalah:

1. Rak Baju Kotor
2. Takaran Kimia (untuk cairan)
3. Ember untuk perendaman
4. Brush (brush baju & sikat gigi)
5. Gantungan Baju (hanger)
6. Keranjang
7. Jemuran / Tempat menggantung pakaian
8. Jepitan Pakaian

C. Divisi Finishing
Di tempat finishing atau penyetrikaan dan packing peralatan yg harus dipersiapkan adalah:

1. Meja setrika
2. Sprayer
3. Gantungan/Hanger
4. Plastic Packing (ukuran 30×50, 35×50, 40×60, 60×100)
5. Stapler / Hekter ukuran sedang
6. Lakban
7. Rak penyimpanan pakaian yg telah selesai dipacking

D. Divisi Promosi dan Marketing
Untuk kegiatan promosi usaha anda, perlengkapan yg harus anda persiapkan adalah:

1. Kartu Nama
2. Flyer Daftar Harga
3. Spanduk / Banner
4. Neon Box
5. Proposal Kerjasama Agen

Begitulah kira-kira daftar list peralatan yg harus dipersiapkan untuk usaha laundry kiloan. Untuk anda yang ingin mengetahui mesin, atau kimia laundry yg diperlukan, silahkan baca artikel dibawah ini:
Silahkan klik dan baca > Mesin Laundry Kiloan
Silahkan klik dan baca > Kimia Chemical Laundry Kiloan
Salam,

Selasa, 14 September 2010

Sejarah Manusia dari Awal Penciptaan

AWAL PENCIPTAAN

Rosululloh bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمُ , فَقَالَ لَهَ : اُكْتُبْ ! قَالَ : يَا رَبِّ , وَ مَاذَا أَكْتُبُ ؟
قَالَ : اُكْتُبْ مَقَادِرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ .
و في رواية : اُكْتُبِ الْقَدَرَ وَ مَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ
“Sesungguhnya termasuk makhluk yang pertama kali Alloh cip-takan yaitu QOLAM ( pena ), Alloh berfirman kepada Qolam : “Tulislah !” Qolam bertanya : “Wahai Tuhan-ku apa yang mesti aku tulis ?” Alloh berfirman : “Tulislah taqdir segala sesuatu hingga hari qiyamat.”
Dalam riwayat yang lain : “Tulislah taqdir dan semua yang ada hingga selamanya.”
( HSR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad dan lain-lainnya )
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa di antara makhluq yang pertama kali diciptakan adalah QOLAM atau pena, yang pena ini diperintahkan untuk menulis semua apa yang bakal terjadi hingga hari qiyamat. Pekerjaan ini tidaklah sulit mengi- ngat Alloh Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Tahu Yang mengeta- hui semua apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, apa yang akan terjadi, dan apa yang tidak akan terjadi, serta bagaima na seandainya hal itu terjadi. Semua itu karena pengetahuan il- mu Alloh tidak didahului oleh ketidaktahuan dan tidak diakhiri oleh lupa. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَ الأَرْضِ , إِنَّ ذَلِكَ فِيْ كِتَابٍ
إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Alloh mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, sesungguhnya hal tersebut tercatat di dalam sebuah kitab, sesungguhnya hal tersebut mudah bagi Alloh.” ( Qs. Al-Hajj : 70 )
dan ayat yang semakna dengan ayat ini banyak terdapat di da-lam Al-Qur’an.
Peristiwa penulisan yang dilakukan QOLAM atau pena ini terja- di 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, sebagaima na sabda Rosululloh r :
إِنَّ اللهَ قَدَّرَ مَقَادِرَ الْخَلْقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَ الأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفِ سَنَةٍ
“Sesungguhnya Alloh telah menetapkan taqdir makhluq-Nya 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.” ( HR. Muslim )
Semua apa pun yang akan terjadi di dunia telah dicatat oleh Qo-lam dalam sebuah kitab induk yang disebut dengan LAUH MAHFUZH.
وَ يَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ وَ مَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَ لاَ حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَ لاَ رَطْبٍ وَ لاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِيْ كِتَابٍ مُبِيْنٍ
“Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan apa yang ada di lautan, dan tidaklah jatuh sehelai daun pun kecuali pasti Dia me-ngetahuinya, tidaklah ada sebutir biji di kegelapan bumi, tidak pula sesuatu yang basah atau pun sesuatu yang kering kecuali pasti telah tercatat dalam sebuah kitab yang terang.” ( Qs. Al-An’am : 59 )
Demikian pula Arsy atau singgasana Alloh termasuk makhluk yang pertama kali diciptakan. Rosululloh r bersabda :
كَتَبَ اللهُ مَقَادِرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَ الأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفِ سَنَةٍ
وَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءَ
“Alloh telah menulis taqdir makhluq-Nya 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, dan ketika itu ‘Arsy-Nya ada di atas air.” ( HR. Muslim )
Teks hadits tersebut mengisyaratkan bahwa ‘arsy Alloh dan air termasuk makhluq yang pertama-tama diciptakan, yaitu tercipta 50.000 tahun sebelum adanya langit dan bumi.
‘Arsy adalah makhluq Alloh yang paling besar, sebagaimana firman Alloh Ta’ala :
اللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
“Alloh, tidak ada yang layak disembah kecuali Dia, Tuhan pemi lik ‘Arsy yang sangat besar.” ( Qs. An-Naml : 26 )
Rosululloh r menggambarkan besarnya ‘Arsy Alloh dalam sab- danya :
مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ فِي الْكُرْسِيِّ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ فِي الْفَلاَةِ مِنَ الأَرْضِ , وَ فَضْلُ الْعَرْشِ عَلَى الْكُرْسِيِّ كَفَضْلِ تِلْكَ الْفَلاَةِ عَلَى تِلْكَ الْحَلْقَةِ
“Langit yang tujuh di dalam Kursi Alloh seperti gelang besi yang dilemparkan ke padang sahara, kebesaran ukuran ‘Arsy atas Kursi seperti kebesaran padang sahara itu atas gelang besi tersebut.” ( HSR. Al-Baihaqi dalam Al-Asma’ wash-Shifat dan Ibnu Abi Syaibah )
Dalam riwayat yang lain, Rosululloh r menggambarkan besar-nya ukuran ‘arsy dengan memberikan gambaran tentang para ma laikat pemikul arsy :
أُذِنَ لِيْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ أَحَدِ حَمَلَةِ الْعَرْشِ , مَا بَيْنَ أُذُنِهِ وَ عَاتِقِهِ مَسِيْرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ تَحْفِقُ الطَّيْرُ
“Aku diperkenankan untuk menceritakan salah satu malaikat pe-mikul ‘Arsy. Jarak antara telinganya dengan pundaknya sepan- jang 700 tahun perjalanan burung terbang.”( HSR. Abu Dawud )
Lihatlah betapa besarnya ukuran malaikat pemikul ‘arsy ! Kalau demikian, betapa besarnya ukuran ‘arsy yang dipikulnya ? Pada- hal jumlah malaikat pemikul ‘arsy ada 8, sebagaimana firman Alloh U :
وَ يَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
“Dan malaikat yang memikul ‘Arsy Tuhanmu di atas mereka pa- da hari itu jumlahnya ada delapan.” ( Qs. Al-Haaqoh : 17 )
Bila demikian, seberapa besar ukuran ‘Arsy ? Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu ‘anhuma berkata
وَ الْعَرشُ لاَ يُقَدِّرُ قَدْرَهُ إِلاَّ اللهُ تَعَالَى
“Dan ‘Arsy, tidak ada yang mampu menentukan ukuran besar- nya kecuali Alloh Ta’ala.” ( ASR. Al-Hakim )
Hikmah yang dapat kita petik di sini, di antaranya adalah :
1. Kesempurnaan ilmu Alloh Ta’ala Yang mengetahui sega la sesuatu dengan pengetahuan yang tanpa batas.
2. Di antara makhluq yang pertama kali diciptakan adalah QOLAM atau pena yang bertugas menulis semua yang akan ada dan akan terjadi hingga hari qiyamat. Semua itu amat mudah bagi Alloh, karena kesempurnaan ilmu Alloh U .
3. Wajibnya beriman dengan adanya taqdir, namun dengan tetap melakukan ikhtiyar dalam rangka berupaya menca- ri taqdir yang lebih baik.
4. Penciptaan pena sebagai salah satu makhluq yang perta- ma kali diciptakan menunjukkan pentingnya memulai se- suatu dengan ilmu. Karena pena adalah alat untuk menca tat ilmu, sebagaimana QOLAM Alloh yang mencatat il-mu Alloh.
5. Kemahabesaran Alloh Ta’ala, karena Pencipta alam raya ini pasti lebih besar dari ukuran seluruh makhluk cipta- an-Nya.
6. Betapa kecilnya kita di hadapan Alloh. Bila ukuran kita dibandingkan dengan langit dan bumi sungguh tidak ada artinya. Padahal langit dan bumi tidak berarti apa-apa di-bandingkan dengan ukuran ‘arsy.
7. Meski Alloh memiliki singgasana dan bersemayam di atas ‘Arsy, namun Alloh Yang Maha Sempurna tidaklah membutuhkan ‘Arsy-Nya. Keberadaan Alloh di atas ‘arsy yang mana ‘arsy adalah makhluq Alloh yang paling besar dan paling tinggi menunjukkan ke-Maha Tinggi-an dan ke-Maha Besar-an Alloh atas seluruh makhluq-Nya.
[ ‘Abdulloh A. Darwanto ]


عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوْقُ: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ،ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ،ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ المَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ،وَيَؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَالله الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنََّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: telah berkata kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan dia adalah orang yang jujur lagi dipercaya:

“Sesungguhnya tiap kalian dikumpulkan ciptaannya dalam rahim ibunya, selama 40 hari berupa nutfah (air mani yang kental), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu juga, lalu menjadi mudghah (segumpal daging) selama itu, kemudian diutus kepadanya malaikat untuk meniupkannya ruh, dan dia diperintahkan mencatat empat kata yang telah ditentukan: rezekinya, ajalnya, amalnya, kesulitan atau kebahagiannya.

Demi zat yang tiada Ilah kecuali Dia, sesungguhnya setiap kalian ada yang melaksanakan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dan surga hanyalah sehasta, namun dia telah didahului oleh al kitab (ketetapan/takdir), maka dia mengerjakan perbuatan ahli neraka, lalu dia masuk ke dalamnya. Di antara kalian ada yang mengerjakan perbuatan ahlin naar (penduduk neraka), sehingga jarak antara dirinya dan neraka cuma sehasta, namun dia telah didahului oleh taqdirnya, lalu dia mengerjakan perbuatannya ahli surga, lalu dia memasukinya. ”

Takhrij Hadits:

- Imam Bukhari dalam Shahihnya No. 3036, 3151, 6221, 7016

- Imam Muslim dalam Shahihnya No. 2643

- Imam At Tirmidzi dalam As Sunannya No. 2220

- Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 15198, 21069

- Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 3624


Makna Hadits Secara Global:

Pertama. Hadits ini menegaskan kembali tentang posisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di mata para sahabatnya yang mulia, dan seharusnya itu juga menjadi sikap kita kepadanya. Penyebutan Ash Shaadiqul Mashduuq (yang jujur lagi dipercaya) kepadanya merupakan tingkat tsiqah (percaya) yang sangat tinggi kepadanya; bahwa seluruh apa-apa yang datang darinya secara shahih adalah kebenaran, risalah yang dibawanya adalah benar, janjinya adalah benar, ancamannya adalah benar, berita darinya adalah benar, dan berguraunya adalah benar bukan dusta.

Allah Ta’ala berfirman:


وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (4)

“Dan tidaklah yang diucapkannya itu berasal dari hawa nafsunya, Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An Najm (53): 3-4)

Al Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

إنما يقول ما أمر به، يبلغه إلى الناس كاملا موفَّرًا من غير زيادة ولا نقصان، كما رواه الإمام أحمد.

“Sesungguhnya dia hanyalah mengatakan apa-apa yang diperintahkan, menyampaikannya kepada manusia secara sempurna dan lengkap, tanpa ditambah dan dikurangi, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 7/443. Daar Ath Thayyibah Lin Nasyr wat Tauzi’)

Abdullah bin Amr Radhiallahu ‘Anhuma, berkata:

كنت أكتب كل شيء أسمعه من رسول الله صلى الله عليه وسلم أريد حفظه، فنهتني قريش فقالوا: إنك تكتب كل شيء تسمعه من رسول الله، ورسول الله صلى الله عليه وسلم بشر، يتكلم في الغضب. فأمسكتُ عن الكتاب، فذكرت ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: "اكتب، فوالذي نفسي بيده، ما خرج مني إلا حق".

“Dahulu saya menulis semua hal yang saya dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saya hendak menghafalnya, lalu orang Quraisy melarang saya. Mereka mengatakan: “Engkau menulis semua yang kau dengar dari Rasulullah padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia, dia bisa bicara dalam keadaan marah.” Maka saya pun menahan diri untuk menulisnya, lalu saya ceritakan hal ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia berkata: “Tulislah! Demi yang jiwaku ada ditanganNya, tidaklah keluar dariku melainkan kebenaran.” (HR. Ahmad No. 6510, Syaikh Syu’aib Al Arna’uth mengatakan; sanadnya shahih, perawinya adalah tsiqat (kredibel), termasuk perawi shaikhan (Bukhari-Muslim), kecuali Al Walid bin Abdullah, dia adalah Ibnu Abi Mughits Al ‘Abdari, dia adalah perawi yang digunakan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah, dan dia tsiqah. Lihat Musnad Ahmad dengan tahqiq: Syaikh Syu’aib Al Arnauth, Syaikh ‘Adil Mursyid, dll. Cet. 1. 1421H-2001M. Muasasah Ar Risalah)

Kedua. Hadits ini menceritakan tahapan penciptaan manusia dalam rahim ibunya dan telah dibenarkan oleh ilmu pengetahuan modern, bahwa demikianlah kejadiannya. Hal ini juga difirmankan dalam Al Quran:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minun (23): 12-14)

Ketiga. Hadits ini menyebutkan bahwa ditiupnya ruh ke janin yang berada dalam kandungan seorang wanita adalah pada hari ke 120 (kandungan 4 bulan). Hal ini berimplikasi kepada berbagai permasalahan fiqih seperti hukum aborsi; apakah boleh aborsi ketika kandungan sebelum 4 bulan, karena ruh belum ada, atau kah memang aborsi adalah haram secara mutlak disemua usia kandungan? Lalu, keguguran sebelum 4 bulan apakah darah yang keluar sudah termasuk nifas? Lalu bagaimana menyikapi bayi yang keguguran sebelum usia kandungan 4 bulan, apakah juga disikapi sebagaimana bayi yang telah memiliki ruh; seperti dimandikan, dikafankan, dan dishalatkan? Dan sebagainya. (Insya Allah akan dibahas pada bagiannya nanti)

Keempat. Pada hadits ini disebutkan adanya malaikat yang bertugas meniupkan ruh, sebagaimana telah masyhur pula adanya malaikat yang bertugas mencabut ruh itu kembali. Keduanya hanya bisa melakukannya dengan izin Allah Ta’ala. Hanya saja memang nama kedua malaikat tersebut tidak disebutkan, baik dalam Al Quran dan As Sunnah. Malaikat pencabut nyawa dalam Islam biasa disebut malaikat maut, sedangkan istilah malaikat Izrail tidaklah kita dapatkan dalam Al Quran dan As Sunnah Ash Shahihah, melainkan itu istilah Israiliyat (berasal dari Bani Israel) yang menyusup ke dalam Islam.

Dalam hadits cukup panjang (saya kutip bagian depan saja), dari Abu Hurairah secara mauquf, katanya:

أُرْسِلَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى، فَلَمَّا جَاءَهُ، صَكَّهُ فَفَقَأَ عَيْنَهُ، فَرَجَعَ إِلَى رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَقَالَ: أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ قَالَ: فَرَدَّ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِ عَيْنَه ُ…

“Malaikat maut diutus kepada Nabi Musa, ketika malaikat itu mendatanginya, Nabi Musa memukul dan mencungkil mata malaikat maut tersebut, maka kembalilah dia kepada Rabbnya ‘Azza wa Jalla, dia berkata; “Engkau utus aku kepada seorang hamba yang tidak menghendaki kematian.” Dia (Abu Hurairah) berkata: “Maka Allah ‘Azza wa Jalla kembalikan mata malaikat tersebut. …. dst” (HR. Bukhari No. 1339, 3407. Muslim No. 157, 2372. Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah No. 599, Al Baihaqi dalam Al Asma wash Shifat, hal. 492. Ahmad No. 7646)

Kelima. Hadits ini juga menyebutkan takdir Allah Ta’ala bagi setiap hamba-hambanya berupa rezeki, ajal, amal, dan bahagia serta kesulitannya. Setiap manusia tidak dapat mengelak rencana Allah Ta’ala terhadap mereka. Allah Ta’ala berfirman;

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. At Taubah 99): 51)

Hendaknya seorang muslim mengimaninya, baik takdir yang buruk atau yang baik, semuanya merupakan ketentuan Allah Ta’ala, yang hikmahnya selalu baik bagi hamba-hambaNya. Dengan mengimani hal ini secara baik dan benar, maka seorang muslim tidak akan pernah gundah, lemah, khawatir, dan takut terhadap kematian dan kemiskinan di dunia, sebab semuanya telah ada alamat dan waktunya masing-masing yang tidak bisa dipercepat atau ditunda jika memang sudah waktunya, dan tidak bisa dielak jika memang itu bagian dari kehidupan kita. Di sinilah iman dan sabar kita diuji.

Keenam. Hadis ini juga menyebutkan salah satu contoh takdir Allah ‘Azza wa Jalla kepada hambaNya; yaitu takdir Allah Ta’ala atas amal manusia. Telah banyak contoh yang membuktikan kebenaran hadits ini, bahwa banyak manusia yang berubah pada akhir hayatnya, berupa yang baik menjadi buruk, atau yang buruk yang menjadi baik, namun kebanyakan yang terjadi adalah perubahan dari amal-amal yang buruk kepada amal-amal yang baik di akhir hidupnya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

“Dan, Allah yang menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu lakukan.” (QS. Ash Shafat (37): 96)

Mungkin ada pertanyaan yang menggelitik kita, jika Allah Ta’ala telah menentukan akhir hidup manusia seperti apa, sehat sakitnya, susah senangnya, dan lainnya, lalu buat apa manusia diperintahkan untuk beribadah dan bekerja?

Pertanyaan ini telah dijawab oleh Al ‘Allamah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah sebagai berikut:

أن أهل السنة والجماعة قرروا هذا وجعلوا عقيدتهم ومذهبهم أن الإنسان يفعل باختياره وانه يقول كما يريد ولكن أرادته واختياره تابعان لإرادة الله تبارك وتعالى ومشيئته ثم يؤمن أهل السنة والجماعة بان مشيئة الله تعالى تابعة لحكمته وانه سبحانه و تعالى ليس مشيئته مطلقة مجردة ولكنها مشيئة تابعة لحكمته لان من أسماء الله تعالى الحكيم والحكيم هو الحاكم المحكم الذي يحكم الأشياء كوناً وشرعاً ويحكمها عملاً صنعاً والله تعالى بحكمته يقدر الهداية لمن أرادها لمن يعلم سبحانه وتعالى انه يريد الحق وان قلبه على الاستقامة ويقدر الضلالة لمن لم يكن كذلك لمن إذا عرض عليه الإسلام يضيف صدره كأنما يصعد في السماء فان حكمة الله تبارك وتعالى تأبى أن يكون هذا من المهتدين آلا أن يجدد الله له عزماً ويقلب أرادته إلى إرادة أخرى والله تعالى على كل شي قدير ولكن حكمة الله تأبى إلا أن تكون الأسباب مربوطة بها مسبباتها .

“Bahwasanya Ahlus Sunnah wal Jama’ah menegaskan ini dan menjadikan aqidah dan madzhab mereka bahwa manusia berbuat karena pilihannya, dia berkata sebagaimana yang diinginkan, tetapi kehendak dan pilihannya itu mengikuti (dibawah cakupan, pen) kehendak Allah Tabaraka wa Ta’ala dan masyi’ah(kemauan)Nya. Kemudian, Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani bahwa kehendak Allah Ta’ala mengikuti hikmahNya, dan sesungguhnya kehendakNya Subhanahu wa Ta’ala bukanlah kehendak semata-mata, melainkan kehendak yang disebabkan oleh hikmahNya, karena di antara nama-nama Allah Ta’ala adalah Al Hakiim (Maha Bijaksana). Dialah Raja yang memberikan keputusan segala sesuatu baik alam dan syariat, dan memutuskan pula baginya amal dan perbuatan. Dan, Allah Ta’ala dengan hikmahNya menentukan hidayah bagi siapa yang menghendaki hidayah itu dan bagi siapa yang mengetahui Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bahwa dia menghendaki kebenaran dan hatinya pun tetap istiqamah. Dia juga menetapkan kesesatan bagi siapa yang tidak berbuat demikian, bagi siapa yang berpaling dari Islam Dia menyempitkan dadanya seakan dia naik ke langit. Maka, sesungguhnya hikmah Allah Ta’ala tidak hendaki hal ini terjadi bagi orang-orang yang mendapat petunjuk. Ketahuilah, baginya Allah akan memperbarui tekadnya dan merubah kehendaknya dari yang satu kepada kehendak lainnya. Allah Ta’ala Maha berkuasa atas segala sesuatu, tetapi hikmah dari Allah tidak menghendaki kecuali telah terjadi sebab-sebab terkait yang mendatangkan akibatnya.” (Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Risalah Fil Qadha wal Qadr, Hal. 20-21. 1423H. Darul Wathan)

Bagaimanakah Kita Diciptakan ?

Rabu, 07-Desember-2005
Penulis: Al Ustadz Abu Ishaq Muslim Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (At Tin : 5)
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas bisa menjadi bahan renungan buat kita! Sungguh kenyataannya terpampang di hadapan mata. Alangkah sempurna penciptaannya dan alangkah indahnya!
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (At Tin : 5)
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas bisa menjadi bahan renungan buat kita! Sungguh kenyataannya terpampang di hadapan mata. Alangkah sempurna penciptaannya dan alangkah indahnya!

Lalu pernahkan kita memikirkan dari mana kita diciptakan dan bagaimana tahap-tahap penciptaannya? Pernahkah terpikir di benak kita bahwa tadinya kita berasal dari tanah dan dari setetes mani yang hina?

Pembahasan berikut ini mengajak Anda untuk melihat asal kejadian manusia agar hilang kesombongan di hati dengan kesempurnaan jasmani yang dimiliki dan agar kita bertasbih memuji Allah 'Azza wa Jalla dengan kemahasempurnaan kekuasaan-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada para Malaikat-Nya sebelum menciptakan Adam 'Alaihis Salam :
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah." (Shad : 71)

Begitu pula dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan orang-orang musyrikin yang ingkar dan sombong tentang dari apa mereka diciptakan. Dia Yang Maha Tinggi berfirman :
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat." (Ash Shaffat : 11)

Dua ayat di atas dan ayat-ayat Al Qur'an lainnya yang serupa dengannya menunjukkan bahwasanya asal kejadian manusia dari tanah. Barangsiapa yang mengingkari hal ini, sungguh ia telah kufur terhadap pengkabaran dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sendiri.

Berkaitan dengan hal di atas, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menentukan tahapan-tahapan penciptaan itu dan begitu pula Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah memberikan kabar kepada kita akan hal tersebut dalam hadits-haditsnya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (Al Mukminun : 12-14)

"Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … ." (Al Hajj : 5)

Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga Dia Jalla wa 'Alaa saja yang berhak untuk diibadahi.

Begitu pula penggambaran penciptaan Adam 'Alaihis Salam yang Dia ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk." (Al Hijr : 26)

Tanah tersebut diambil dari seluruh bagiannya, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
"Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam (sepenuh telapak tangan) tanah yang diambil dari seluruh bagiannya. Maka datanglah anak Adam (memenuhi penjuru bumi dengan beragam warna kulit dan tabiat). Di antara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, dan di antara yang demikian. Di antara mereka ada yang bertabiat lembut, dan ada pula yang keras, ada yang berperangai buruk (kafir) dan ada yang baik (Mukmin)." (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi : 'Hasan shahih'. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi juz 3 hadits 2355 dan Shahih Sunan Abu Daud juz 3 hadits 3925)

Semoga Allah merahmati orang yang berkata dalam bait syi'irnya :
Diciptakan manusia dari saripati yang berbau busuk.
Dan ke saripati itulah semua manusia akan kembali.
Setelah Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan Adam 'Alaihis Salam dari tanah. Dia ciptakan pula Hawa 'Alaihas Salam dari Adam, sebagaimana firman-Nya :
"Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya … ." (Az Zumar : 6)

Dalam ayat lain :
"Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya … ." (Al A'raf : 189)

Dari Adam dan Hawa 'Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (mani)." (As Sajdah : 7-8)

Imam Thabari rahimahullah dan selainnya mengatakan bahwa diciptakan anak Adam dari mani Adam dan Adam sendiri diciptakan dari tanah. (Lihat Tafsir Ath Thabari juz 9 halaman 202)

Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima') dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya :
"Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan." (Al Mursalat : 20-22)

Dari nuthfah, Allah jadikan 'alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari 'alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba. (Bisa dilihat keterangan tentang hal ini dalam kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain)

Demikianlah kemahakuasaan Rabb Pencipta segala sesuatu, sungguh dapat mengundang kekaguman dan ketakjuban manusia yang mau menggunakan akal sehatnya. Semoga Allah meridhai 'Umar Ibnul Khaththab, ketika turun awal ayat di atas (tentang penciptaan manusia) terucap dari lisannya pujian :
"Fatabarakallahu ahsanul khaliqin"
Maha Suci Allah, Pencipa Yang Paling Baik

Lalu Allah turunkan firman-Nya :
"Fatabarakallahu ahsanul khaliqin" untuk melengkapi ayat di atas. (Lihat Asbabun Nuzul oleh Imam Suyuthi, Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 241, dan Aysarut Tafasir Abu Bakar Jabir Al Jazairi juz 3 halaman 507-508)
Maha Kuasa Allah Tabaraka wa Ta'ala, Dia memindahkan calon manusia dari nuthfah menjadi 'alaqah. Dari 'alaqah menjadi mudhghah dan seterusnya tanpa membelah perut sang ibu bahkan calon manusia tersebut tersembunyi dalam tiga kegelapan, sebagaimana firman-Nya :
" … Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan … ." (Az Zumar : 6)

Yang dimaksud "tiga kegelapan" dalam ayat di atas adalah kegelapan dalam selaput yang menutup bayi dalam rahim, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam perut. Demikian yang dikatakan Ibnu 'Abbas, Mujahid, 'Ikrimah, Abu Malik, Adh Dhahhak, Qatadah, As Sudy, dan Ibnu Zaid. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 4 halaman 46 dan keterangan dalam Adlwaul Bayan juz 5 halaman 778)

Sekarang kita lihat keterangan tentang kejadian manusia dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Abi 'Abdurrahman 'Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata :
Telah menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan beliau adalah yang selalu benar (jujur) dan dibenarkan. Beliau bersabda (yang artinya) "Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya seorang Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan rezkinya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah yang tiada illah selain Dia, sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli Surga sehingga tidak ada di antara dia dan Surga melainkan hanya tinggal sehasta, maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka sehingga ia memasukinya. Dan sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga tidak ada antara dia dan neraka melainkan hanya tinggal sehasta. Maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli Surga sehingga ia memasukinya." (HR. Bukhari 6/303 -Fathul Bari dan Muslim 2643, shahih)

Berita Nubuwwah di atas mengabarkan bahwa proses perubahan janin anak manusia berlangsung selama 120 hari dalam tiga bentuk yang tiap-tiap bentuk berlangsung selama 40 hari. Yakni 40 hari pertama sebagai nuthfah, 40 hari kedua dalam bentuk segumpal darah, dan 40 hari ketiga dalam bentuk segumpal daging. Setelah berlalu 120 hari, Allah perintahkan seorang Malaikat untuk meniupkan ruh dan menuliskan untuknya 4 perkara di atas.

Dalam riwayat lain :
Malaikat masuk menuju nuthfah setelah nuthfah itu menetap dalam rahim selama 40 atau 45 malam, maka Malaikat itu berkata : "Wahai Rabbku! Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia?" Lalu ia menulisnya. Kemudian berkata lagi : "Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan?" Lalu ia menulisnya dan ditulis (pula) amalnya, atsarnya, ajalnya, dan rezkinya, kemudian digulung lembaran catatan tidak ditambah padanya dan tidak dikurangi. (HR. Muslim dan Hudzaifah bin Usaid radhiallahu 'anhu, shahih)

Dalam Ash Shahihain dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
Allah mewakilkan seorang Malaikat untuk menjaga rahim. Malaikat itu berkata : "Wahai Rabbku! Nuthfah, Wahai Rabbku! Segumpal darah, wahai Rabbku! Segumpal daging." Maka apabila Allah menghendaki untuk menetapkan penciptaannya, Malaikat itu berkata : "Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan? Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia? Bagaimana dengan rezkinya? Bagaimana ajalnya?" Maka ditulis yang demikian dalam perut ibunya. (HR. Bukhari `11/477 -Fathul Bari dan Muslim 2646 riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu)

Dari beberapa riwayat di atas, ulama menggabungkannya sehingga dipahami bahwasanya Malaikat yang ditugasi menjaga rahim terus memperhatikan keadaan nuthfah dan ia berkata : "Wahai Rabbku! Ini 'alaqah, ini mudhghah" pada waktu-waktu tertentu saat terjadinya perubahan dengan perintah Allah dan Dia Subhanahu wa Ta'ala Maha Tahu. Adapun Malaikat yang ditugasi, ia baru mengetahui setelah terjadinya perubahan tersebut karena tidaklah semua nuthfah akan menjadi anak. Perubahan nuthfah itu terjadi pada waktu 40 hari yang pertama dan saat itulah ditulis rezki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya. Kemudian pada waktu yang lain, Malaikat tersebut menjalankan tugas yang lain yakni membentuk calon manusia tersebut dan membentuk pendengaran, penglihatan, kulit, daging, dan tulang, apakah calon manusia itu laki-laki ataukah perempuan. Yang demikian itu terjadi pada waktu 40 hari yang ketiga saat janin berbentuk mudhghah dan sebelum ditiupkannya ruh karena ruh baru ditiup setelah sempurna bentuknya.

Adapun sabda beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
Apabila telah melewati nuthfah waktu 42 malam, Allah mengutus padanya seorang Malaikat, maka dia membentuknya dan membentuk pendengarannya, panglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian Malaikat itu berkata : "Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan … ."

Al Qadhi 'Iyadl dan selainnya mengatakan bahwasanya sabda beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam di atas tidak menunjukkan dhahirnya dan tidak benar pendapat yang membawakan hadits ini pada makna dhahirnya. Akan tetapi yang dimaksudkan maka dia membentuknya dan membentuk pendengarannya, penglihatannya … dan seterusnya adalah bahwasanya Malaikat itu menulis yang demikian, kemudian pelaksanaannya pada waktu yang lain (pada waktu 40 hari yang ketiga) dan tidak mungkin pada waktu 40 hari yang pertama. Urutan perubahan tersebut sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surat Al Mukminun ayat 12 sampai 14. (Lihat keterangan hal ini dalam Shahih Muslim Syarah Imam An Nawawi, halaman 189-191)

Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah dalam Fathul Bari (II/484) membawakan secara ringkas perkataan Ibnu Ash Shalah : "Adapun sabda beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam hadits Hudzaifah bahwasanya pembentukan terjadi pada awal waktu 40 hari yang kedua. Sedangkan dalam dhahir hadits Ibnu Mas'ud dikatakan bahwa pembentukan baru terjadi setelah calon anak manusia menjadi mudhghah (segumpal daging). Maka hadits yang pertama (hadits Hudzaifah) dibawa pengertiannya kepada pembentukan secara lafadh dan secara penulisan saja belum ada perbuatan, yakni pada masa itu disebutkan bagaimana pembentukan calon anak manusia dan Malaikat yang ditugasi menuliskannya."

Dalam ta'liq kitab Tuhfatul Wadud halaman 203-204 disebutkan bahwasanya hadits yang menyatakan Malaikat membentuk nuthfah setelah berada di rahim selama 40 malam, tidaklah bertentangan dengan hadits-hadits yang lain. Karena pembentukan Malaikat atas nuthfah terjadi setelah nuthfah tersebut bergantung di dinding rahim selama 40 hari yakni ketika telah berubah menjadi mudhghah. Wallahu A'lam.

Perubahan janin dari nuthfah menjadi 'alaqah dan seterusnya itu berlangsung setahap demi setahap (tidak sekaligus). Pada waktu 40 hari yang pertama, darah masih bercampur dengan nuthfah, terus bercampur sedikit demi sedikit hingga sempurna menjadi 'alaqah pada 40 hari yang kedua, dan sebelum itu tidaklah ia dinamakan 'alaqah. Kemudian 'alaqah bercampur dengan daging, sedikit demi sedikit hingga berubah menjadi mudhghah. (Lihat Fathul Bari)

Tatkala telah sempurna waktu 4 bulan, ditiupkanlah ruh dan hal ini telah disepakati oleh ulama. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah membangun madzhabnya yang masyhur berdasarkan dhahir hadits Ibnu Mas'ud bahwasanya anak ditiupkan ruh padanya setelah berlalu waktu 4 bulan. Karena itu bila janin seorang wanita gugur setelah sempurna 4 bulan, janin tersebut dishalatkan (telah memiliki ruh kemudian meninggal). Diriwayatkan yang demikian juga dari Sa'id Ibnul Musayyib dan merupakan salah satu dari pendapatnya Imam Syafi'i dan Ishaq.

Dinukilkan dari Imam Ahmad bahwasanya ia berkata : "Apabila janin telah mencapai umur 4 bulan 10 hari, maka pada waktu yang 10 hari itu ditiupkan padanya ruh dan dishalatkan atasnya (bila janin tersebut gugur)." (Lihat Iqadzul Himam Al Muntaqa min Jami' Al 'Ulum wa Al Hikam halaman 88-89 oleh Abi Usamah Salim bin 'Ied Al Hilali)
Kita lihat dalam hadits Ibnu Mas'ud di atas bahwasanya penulisan Malaikat terjadi setelah berlalu waktu 40 hari yang ketiga. Sedangkan pada riwayat-riwayat di atas, penulisan Malaikat terjadi setelah waktu 40 hari yang pertama. Riwayat-riwayat tersebut tidaklah bertentangan.
Imam An Nawawi rahimahullah menerangkan dalam Syarah Muslim (juz 5 halaman 191) setelah membawakan lafadh hadits dari Imam Bukhari berikut ini (yang artinya) : 'Sesungguhnya penciptaan setiap kalian dikumpulkan dalam rahim ibunya selama 40 hari (sebagai nuthfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga. Kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga. Kemudian Allah mengutus seorang Malaikat dan diperintah (untuk menuliskan) empat perkara, rezkinya dan ajalnya, sengsara atau bahagianya. Kemudian ditiupkan ruh padanya … .'
Sabda beliau ((… ????????…)) dengan menggunakan ((… ?? …)) menunjukkan diakhirkannya penulisan Malaikat atas perkara-perkara tersebut setelah waktu 40 hari yang ketiga. Sedangkan dalam hadits-hadits yang lain penulisan itu ditetapkan setelah waktu 40 hari yang pertama. Jawaban dari permasalahan ini adalah bahwasanya sabda beliau ((… ????? ????? ????? ???? ???? ?? …)) merupakan ma'thuf dari sabdanya ((… ??????????????? …)) bukan dengan sabda sebelumnya yakni ((… ????????????????? …)). Maka sabda beliau ((… ????????????????? ???????????????????…)) merupakan kalimat sisipan antara ma'thuf dan ma'thuf 'alaih dan yang demikian ini dibolehkan dan biasa dijumpai dalam Al Qur'an, hadits yang shahih, dan selainnya dari ucapan orang-orang Arab."

Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
"Sabda beliau ((… ??????????????????????… )) merupakan ma'thuf dari (( … ????? … )). Adapun sabdanya (( … ?????… )) merupakan kesempurnaan dari kalimat-kalimat yang awal. Dan tidaklah yang dimaksudkan bahwasanya penulisan Malaikat itu baru terjadi setelah selesai tiga tahap kejadian (dari nuthfah sampai menjadi mudhghah). Bisa jadi (yang diberitakan dalam hadits Ibnu Mas'ud) yang dimaksudkan adalah untuk susunan berita saja, bukan susunan yang diberitakan." (Fathul Bari 11/485)

Yang jelas penulisan takdir untuk janin di perut ibunya bukanlah penulisan takdir yang ditetapkan untuk semua makhluk sebelum makhluk itu dicipta. Karena takdir yang demikian telah ditetapkan 50.000 tahun sebelumnya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dari Abdullah bin 'Amr radhiallahu 'anhuma :
"Sesungguhnya Allah menetapkan takdir-takdir makhluknya lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit-langit dan bumi." (HR. Muslim 2653, shahih)

Dalam hadits 'Ubadah bin Shamit radhiallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :
Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pena (Al Qalam). Lalu Dia berfirman kepadanya : "Tulislah!" Maka pena menuliskan segala apa yang akan terjadi hingga hari kiamat. (HR. Abu Daud 4700, Tirmidzi 2100, dan selain keduanya. Dishahihkan oleh Syaikh Salim Al Hilali dalam Iqadzul Himam)

Banyak nash yang menyebutkan bahwa penetapan takdir seseorang apakah ia termasuk orang yang bahagia atau sengsara telah ditulis terdahulu. Antara lain dalam Shahihain dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
"Tidak ada satu jiwa melainkan Allah telah menulis tempatnya di Surga atau di neraka dan telah ditulis sengsara atau bahagia." Maka seorang laki-laki berkata : "Wahai Rasulullah! Mengapa kita tidak mengikuti (saja) ketentuan kita (yang telah ditulis) dan kita tinggalkan amal?" Maka beliau bersabda : "Beramal-lah, maka setiap orang akan dimudahkan terhadap apa yang ditetapkan baginya. Adapun orang yang bahagia akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan amalan orang yang bahagia. Adapun orang yang sengsara akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan amalan orang yang sengsara." Kemudian beliau membaca : "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." (QS. Al Lail : 5-7) [HR. Bukhari 3/225 -Fathul Bari dan Muslim 2647]

Bahagia atau sengsara seseorang ditentukan oleh akhir amalnya, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits Ibnu Mas'ud di atas. Demikian pula dalam hadits berikut, dari Sahl bin Sa'ad radhiallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :
"Sesungguhnya hanyalah amal-amal ditentukan pada akhirnya (penutupnya)." (HR. Bukhari 11/330 -Fathul Bari)

Sebagai penutup dapat kita simpulkan bahwa Allah Maha Kuasa menciptakan apa saja yang Dia kehendaki. Dia menciptakan manusia pertama (Adam 'Alaihis Salam) dari tanah, sedangkan anak-anak Adam berketurunan dengan nuthfah hingga akhir kehidupan nanti. Dia tempatkan nuthfah dalam rahim ibu dan dijaga oleh seorang Malaikat. Nuthfah ini kemudian pada akhirnya menjadi segumpal daging dan dari segumpal daging terus berkembang hingga menjadi sosok anak manusia kecil yang bernyawa lengkap dengan pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki. Bersamaan dengan itu telah ditulis ketentuan takdir untuknya, apakah rezkinya lapang ataukah sempit, apakah amalnya baik atau sebaliknya, kapan datang ajalnya dan apakah ia termasuk hamba Allah yang beruntung ataukah yang sengsara. Naudzubillah!

Dari tanah manusia berasal dan pada akhirnya akan kembali menjadi tanah. Mungkin ini bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua.
Wallahu A'lam Bis Shawab.
Daftar Bacaan :
1. Al Qur'anul Karim.
2. Adlwaul Bayan. Asy Syaikh Muhammad Amin Asy Syinqithi.
3. Ad Durul Mantsur fi At Tafsir Al Ma'tsur. Imam As Suyuthi.
4. Ahkamuth Thifli. Asy Syaikh Ahmad Al 'Aysawi.
5. Asbabun Nuzul. Imam As Suyuthi.
6. 'Aunul Ma'bud. Al Hafidh Ibnu Qayyim Al Jauziyah.
7. Aysarut Tafasir. Asy Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi.
8. Fathul Bari. Al Hafidh Ibnu Hajar Al Atsqalani.
9. Iqadzul Himam Al Muntaqa min Jami' Al 'Ulum wal Hikam. Syaikh Abi Usamah Salim bin 'Ied Al Hilali.
10. Jami' Al 'Ulum wal Hikam. Al Hafidh Ibnu Rajab Al Hanbali.
11. Jami' Al Bayan fi Ta'wil Al Qur'an. Ibnu Jarir Ath Thabari.
12. Mu'jam Mufradat Alfadzil Qur'an. Al 'Allamah Al Ashfahani.
13. Shahih Muslim Syarah An Nawawi. Imam An Nawawi.
14. Shahih Sunan Abi Daud. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.
15. Shahih Sunan At Tirmidzi. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.
16. Tafsir Ibnu Katsir. Al Hafidh Ibnu Katsir.
17. Tafsir Al Qurthubi. Imam Al Qurthubi.
Artinya : Jejak kehidupannya.
Ma'thuf merupakan istilah dalam ilmu nahwu yang bermakna kurang lebih lafadh yang mengikuti lafadh tertentu yang terletak sebelumnya.
Ma'thuf 'alaih bermakna lafadh yang diikuti oleh lafadh tertentu yang terletak sesudahnya.

(Dinukil dari Majalah Salafy - MUSLIMAH Edisi XIX/Rabi'ul Awwal/1418/1997], ditulis oleh : ustadz Abul Muslim Al Atsari dan ustadzah Zulfa. Peringatan : Majalah Salafy edisi 2002 dan seterusnya, dipegang oleh Ja'far Umar Thalib dan isinya sarat dengan kesesatan Sufiyahnya. Allahu a'lam)

Kamis, 09 September 2010

nasehat umur 40tahun

Sdr-sdrku semua yang semoga dirahmati Allah.
Tepat sepuluh tahun yll, mas Arif Nurrahman putra bp Arsono –—membikin vcd, dividio dari ujung timur sampang sampai ujung barat, kemudian vidio shalat iedul fitri –saat itu imam dan khatib bpk Suyuti em, rahimahullah -, kemudian vidio silaturrahmi disini. Nah, sesuatu yang membuat kita tercenung adalah dalam rentang 10 th itu, betapa banyak orang2 yang kita cintai, bisa orang tua, saudara, pakde bude , anak dll yang meninggalkan kita... meninggalkan alam dunia ini…
Yang lebih mengerikan lagi , bahwa kita berada dalam deretan tersebut, deretan orang-orang yang sedang antri untuk dijemput malakul maut, malaikat pencabut nyawa. Deretan antri tidak peduli umur, tidak peduli kondisi kesehatan, dan tidak peduli pangkat dan kedudukan. Yang umurnya muda, belum tentu tidak mendahului yang tua. Betapa banyak anak-anak muda bahkan anak-anak yang sudah lebih dulu meninggalkan kita. Yang tiap hari olahraga, fitness, mengkonsumsi suplemen kesehatan dan kondisinya prima, belum tentu tidak mendahului yang kondisinya sakit-sakitan. Betapa sering kejadian, orang menengok orang sakit, yang nengok esoknya meninggal, yang di tengok masih hidup sekian lama kemudian. Demikianlah. Kematian adalah sebuah mistei yang sudah seharusnya menggugah sanubari kita. Mencambuk diri kita untuk beramal shalih dan meninggalkan dosa dan kemaksiatan. Oleh karenanya Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam bersabda:
Kafaa bil mauti waaidzo –cukuplah kematian sebagai peringatan atau pelajaran. Dalam hadis hasan yang diriwayatkan oleh at-Tirmizi, Rasul Shalallahu’alaihi wassalam bersabda. bersabda, “Aktsiru dzikra hadzimil ladzdzat, banyak-banyaklah mengingat mati.”

Itu yang petama, Yang kedua, masih berkaitan dengan umur dan kematian:
Shalat ied tahun lalu, habis shalat ied saya ketemu dengan mas helmi dan mbah naf’an. –-- Terjadi dialog kl sbb Saat itu mbah naf’an tanya, “hel, umurmu si pira”. Kemudian dijawab, ya tiga puluh lebih… kemudian dikoreksi lagi berarti tiga puluh tujuh. Kemudian saya bilang,”enggal patang puluh ya, jerene nek umur patang puluh kepriwe…”
Mas Helmi segera menjawab, “Jerene umur patang puluh nek ora gelem mbalik.. angel mbalike”.

Ya… generasi saya kelahiran tujuh puluh lebih beberapa tahun lagi berusia empat puluh tahun. Generasi diatas saya ada yang menjelang 50, diatasnya lagi ada yang menjelang 60, diatasnya lagi –generasi orang tua- ada yang menjelang 70, diatasnya lagi… oooo, ternyata amat jarang. Artinya apa, ternyata kita makin dekat dengan kematian.

Ah, mati kan masih lama. Siapa bilang? Betapa banyak orang-orang yang didatangi malakul maut diusia belasan tahun, dua puluhan, tiga puluhan, empat puluhan dan seterusnya, sebagaimana sudah saya sampaikan di muka. Dan segala yang akan datang di dunia ini akan terasa dekat, terasa cepat. Masih teringat kita dnegan masa-masa SD, ternyata sekarang kita sudah sebesar ini.

Dari berbagai buku, catatan, makalah, kitab, kita dapati berbagai nasehat yang berharga buat umur 40 th, dan seterusnya, dan sangat penting sebagai pelajaran bagi yang berusia dibawahnya.
Perjalanan hidup selama 40 tahun, bukanlah rentang waktu pendek bagi seorang manusia untuk menikmati mimpi dalam tidur panjang di dunia ini, hingga waktunya nanti terjaga dan memulai kehidupan hakiki di alam keabadian.
Usia ke 40 tahun, konon katanya, adalah permulaan dari kehidupan manusia, dalam kultur orang barat yang materialistis dianggap sebagai awal kehidupan, “life begin at 40“. Tentu saja asumsinya adalah bahwa di usia ini manusia mencapai kemapanan dalam karir, kekayaan dan pendapatan, sehingga hidup bisa dinikmati dengan poya-poya. Wajar kalau pada usia ini juga dikaitkan dengan fubertas kedua yang mengantarkan pada godaan perselingkuhan.
Dalam pandangan spiritualitas, usia 40 tahun merupakan awal kematangan kepribadian. Rasulullah Muhammmad Saw, junjungan kita, mendapat tugas kerasulan setelah beliau mencapai usia 40 tahun. Para sufi memandang bahwa di usia 40 tahun merupakan awal perjalanan ruhani (suluk) untuk mencapai maqam tertinggi di sisi Allah.
Allah memberi perhatian kepada manusia yang telah mencapai usia 40 tahun, seperti dalam firman-Nya pada QS. 46 : 15, yang berbunyi :


“sehingga apabila telah dewasa dan umurnya empat puluh tahun ia berdoa : Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shaleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak-cucuku. Sesunguhnya aku berbuat kepada-mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri“.
: “Telah diambil janji-janji dari kita, bahwa apabila kita telah mencapai umur empat puluh tahun, hendaklah bersiap-siap dengan melipat kasur-kasur dan selalu ingat bahwa kita sekarang sedang dalam perjalanan menuju akhirat pada setiap nafas yang kita tarik sehingga tidak akan lagi merasa tenang hidup di dunia. Di samping itu hendaknya kita menghitung setiap detik dari umur kita sesudah melebihi empat puluh tahun, sebanding dengan seratus tahun sebelumnya.”
Imam Syafi’i (rahimahullah), setelah mencapai umur empat puluh tahun, berjalan dengan sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata: “Supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat.”
Berkata Wahab bin Munabbih: “Aku baca dalam beberapa kitab, bahwasanya ada suatu suara menyeru dari langit ke-empat pada setiap pagi: “Wahai orang-orang yang telah berusia empatpuluh tahun! kamu adalah tanaman yang telah dekat dengan masa penuaiannya. Wahai orang-orang yang telah berusia limapuluh tahun! Sudahkah kamu ingat tentang apa yang telah kamu perbuat dan apa yang belum? Wahai orang-orang yang telah berusia enampuluh tahun! Tidak ada lagi dalih bagimu. Oh, alangkah baiknya seandainya semua mahluk tidak diciptakan! Atau jika mereka telah diciptakan, seharusnya mereka mengetahui, mengapa mereka diciptakan. Awas, saatmu telah tiba! Waspadalah!“.
Abdullah bin Tsa’labah berkata,”tertawalah engkau, barangkali kain kafan untukmu telah ada di tukang potong kain”.