Kamis, 09 September 2010

nasehat umur 40tahun

Sdr-sdrku semua yang semoga dirahmati Allah.
Tepat sepuluh tahun yll, mas Arif Nurrahman putra bp Arsono –—membikin vcd, dividio dari ujung timur sampang sampai ujung barat, kemudian vidio shalat iedul fitri –saat itu imam dan khatib bpk Suyuti em, rahimahullah -, kemudian vidio silaturrahmi disini. Nah, sesuatu yang membuat kita tercenung adalah dalam rentang 10 th itu, betapa banyak orang2 yang kita cintai, bisa orang tua, saudara, pakde bude , anak dll yang meninggalkan kita... meninggalkan alam dunia ini…
Yang lebih mengerikan lagi , bahwa kita berada dalam deretan tersebut, deretan orang-orang yang sedang antri untuk dijemput malakul maut, malaikat pencabut nyawa. Deretan antri tidak peduli umur, tidak peduli kondisi kesehatan, dan tidak peduli pangkat dan kedudukan. Yang umurnya muda, belum tentu tidak mendahului yang tua. Betapa banyak anak-anak muda bahkan anak-anak yang sudah lebih dulu meninggalkan kita. Yang tiap hari olahraga, fitness, mengkonsumsi suplemen kesehatan dan kondisinya prima, belum tentu tidak mendahului yang kondisinya sakit-sakitan. Betapa sering kejadian, orang menengok orang sakit, yang nengok esoknya meninggal, yang di tengok masih hidup sekian lama kemudian. Demikianlah. Kematian adalah sebuah mistei yang sudah seharusnya menggugah sanubari kita. Mencambuk diri kita untuk beramal shalih dan meninggalkan dosa dan kemaksiatan. Oleh karenanya Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam bersabda:
Kafaa bil mauti waaidzo –cukuplah kematian sebagai peringatan atau pelajaran. Dalam hadis hasan yang diriwayatkan oleh at-Tirmizi, Rasul Shalallahu’alaihi wassalam bersabda. bersabda, “Aktsiru dzikra hadzimil ladzdzat, banyak-banyaklah mengingat mati.”

Itu yang petama, Yang kedua, masih berkaitan dengan umur dan kematian:
Shalat ied tahun lalu, habis shalat ied saya ketemu dengan mas helmi dan mbah naf’an. –-- Terjadi dialog kl sbb Saat itu mbah naf’an tanya, “hel, umurmu si pira”. Kemudian dijawab, ya tiga puluh lebih… kemudian dikoreksi lagi berarti tiga puluh tujuh. Kemudian saya bilang,”enggal patang puluh ya, jerene nek umur patang puluh kepriwe…”
Mas Helmi segera menjawab, “Jerene umur patang puluh nek ora gelem mbalik.. angel mbalike”.

Ya… generasi saya kelahiran tujuh puluh lebih beberapa tahun lagi berusia empat puluh tahun. Generasi diatas saya ada yang menjelang 50, diatasnya lagi ada yang menjelang 60, diatasnya lagi –generasi orang tua- ada yang menjelang 70, diatasnya lagi… oooo, ternyata amat jarang. Artinya apa, ternyata kita makin dekat dengan kematian.

Ah, mati kan masih lama. Siapa bilang? Betapa banyak orang-orang yang didatangi malakul maut diusia belasan tahun, dua puluhan, tiga puluhan, empat puluhan dan seterusnya, sebagaimana sudah saya sampaikan di muka. Dan segala yang akan datang di dunia ini akan terasa dekat, terasa cepat. Masih teringat kita dnegan masa-masa SD, ternyata sekarang kita sudah sebesar ini.

Dari berbagai buku, catatan, makalah, kitab, kita dapati berbagai nasehat yang berharga buat umur 40 th, dan seterusnya, dan sangat penting sebagai pelajaran bagi yang berusia dibawahnya.
Perjalanan hidup selama 40 tahun, bukanlah rentang waktu pendek bagi seorang manusia untuk menikmati mimpi dalam tidur panjang di dunia ini, hingga waktunya nanti terjaga dan memulai kehidupan hakiki di alam keabadian.
Usia ke 40 tahun, konon katanya, adalah permulaan dari kehidupan manusia, dalam kultur orang barat yang materialistis dianggap sebagai awal kehidupan, “life begin at 40“. Tentu saja asumsinya adalah bahwa di usia ini manusia mencapai kemapanan dalam karir, kekayaan dan pendapatan, sehingga hidup bisa dinikmati dengan poya-poya. Wajar kalau pada usia ini juga dikaitkan dengan fubertas kedua yang mengantarkan pada godaan perselingkuhan.
Dalam pandangan spiritualitas, usia 40 tahun merupakan awal kematangan kepribadian. Rasulullah Muhammmad Saw, junjungan kita, mendapat tugas kerasulan setelah beliau mencapai usia 40 tahun. Para sufi memandang bahwa di usia 40 tahun merupakan awal perjalanan ruhani (suluk) untuk mencapai maqam tertinggi di sisi Allah.
Allah memberi perhatian kepada manusia yang telah mencapai usia 40 tahun, seperti dalam firman-Nya pada QS. 46 : 15, yang berbunyi :


“sehingga apabila telah dewasa dan umurnya empat puluh tahun ia berdoa : Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shaleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak-cucuku. Sesunguhnya aku berbuat kepada-mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri“.
: “Telah diambil janji-janji dari kita, bahwa apabila kita telah mencapai umur empat puluh tahun, hendaklah bersiap-siap dengan melipat kasur-kasur dan selalu ingat bahwa kita sekarang sedang dalam perjalanan menuju akhirat pada setiap nafas yang kita tarik sehingga tidak akan lagi merasa tenang hidup di dunia. Di samping itu hendaknya kita menghitung setiap detik dari umur kita sesudah melebihi empat puluh tahun, sebanding dengan seratus tahun sebelumnya.”
Imam Syafi’i (rahimahullah), setelah mencapai umur empat puluh tahun, berjalan dengan sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata: “Supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat.”
Berkata Wahab bin Munabbih: “Aku baca dalam beberapa kitab, bahwasanya ada suatu suara menyeru dari langit ke-empat pada setiap pagi: “Wahai orang-orang yang telah berusia empatpuluh tahun! kamu adalah tanaman yang telah dekat dengan masa penuaiannya. Wahai orang-orang yang telah berusia limapuluh tahun! Sudahkah kamu ingat tentang apa yang telah kamu perbuat dan apa yang belum? Wahai orang-orang yang telah berusia enampuluh tahun! Tidak ada lagi dalih bagimu. Oh, alangkah baiknya seandainya semua mahluk tidak diciptakan! Atau jika mereka telah diciptakan, seharusnya mereka mengetahui, mengapa mereka diciptakan. Awas, saatmu telah tiba! Waspadalah!“.
Abdullah bin Tsa’labah berkata,”tertawalah engkau, barangkali kain kafan untukmu telah ada di tukang potong kain”.